Hari Perempuan Internasional Dalam Sebuah Refleksi

SEMMI.OR.ID. Coba bayangkan andai manusia diciptakan tanpa perempuan? Apakah kita sudah menghargai dan memperlakukan terhormat perempuan yang ada di lingkungan kita?

Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day jatuh pada hari ini, 8 Maret 2018.

Hari Perempuan Internasional pertama kali dirayakan pada tanggal 28 Februari 1909 di New York, Amerika Serikat (AS) dan diselenggarakan oleh Partai Sosialis AS. Demonstrasi pada tanggal 8 Maret 1917 yang dilakukan oleh para perempuan di Petrograd memicu terjadinya Revolusi Rusia.

Hari Perempuan Internasional secara resmi dijadikan sebagai hari libur Nasional di Soviet Rusia pada tahun 1917, dan dirayakan secara luas di negara sosialis maupun komunis. Pada tahu
n 1977, Hari Perempuan Internasional diresmikan sebagai perayaan tahunan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa untuk memperjuangkan hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia.

Sebuah cerita yang beredar di lingkaran internal para kolomnis Perancis, bahwa ada seorang perempuan dari buruh pabrik tekstil melakukan demonstrasi pada 8 Maret 1857 di New York.

Demonstrasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk melawan penindasan dan gaji buruh yang rendah, tetapi demonstrasi tersebut dibubarkan secara paksa oleh pihak kepolisian.

Pada tanggal 8 Maret 1907, Hari Perempuan Internasional diresmikan sebagai peringatan terhadap kasus yang terjadi 50 tahun yang lalu.

Temma Kaplan berpendapat, “peristiwa tersebut tidak pernah terjadi, tetapi banyak orang Eropa yang percaya bahwa tanggal 8 Maret 1907 merupakan awal dari terbentuknya Hari Perempuan Internasional.”

Tanggal 8 Maret diperingati sebagai hari disepakati untuk mengakui dan merayakan pencapaian perempuan di seluruh dunia. Pada hari ini, kita perlu mendengar kata-kata seperti ‘equality’ dan ‘rights’ digunakan.

‘Equality’ adalah kata benda. Kata ini mengacu kepada situasi di mana setiap orang setara dan memiliki kesempatan dan hak yang sama.

“There should be equality between men and women.” Harus ada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.

Kebalikan dari ‘equality’ adalah ‘inequality’. ‘Inequality’ mengacu kepada situasi dimana kelompok-kelompok atau orang tertentu yang lebih memilih atau menyukai pihak tertentu ketimbang yang lain.

Kita juga membicarakan tentang ‘rights’ dan dalam kasus ini, hak-hak perempuan. Kata “Rights” adalah juga sebuah kata benda. Kata ini mengacu kepada kebebasan untuk melakukan dan mengatakan sesuatu tanpa rasa takut dihukum.

“They have been fighting for women’s rights for years now.” Mereka telah memperjuangkan hak-hak perempuan selama bertahun-tahun.

Kita juga mungkin membicarakan tentang ‘progress’ yang dilakukan oleh perempuan-perempuan. ‘Progress’ dapat mengacu kepada pembangunan dan perbaikan keahlian dan kemampuan.

“Over the last few decades, we have made a lot of progress in increasing the number of women in leadership positions.” Selama beberapa dekade, kita telah membuat banyak kemajuan dalam meningkatkan jumlah perempuan dalam posisi kepemimpinan.

Ketika kita membicarakan kemajuan yang telah dilakukan oleh perempuan, kita juga membicarakan tentang apa yang perlu dilakukan.

Mendenga orang membicarakan bagaimana memecahkan atau memukul ‘glass ceiling’. Frasa ‘glass ceiling’ mengacu ke sebuah titik setelah anda tidak dapat maju lebih jauh lagi. Ini dapat menjadi istilah dari posisi anda di pekerjaan atau didalam sistem politik.

“Many women complain of hitting the glass ceiling at work and not being able to move up.” Banyak perempuan mengeluhkan soal kemandekan karir pekerjaan dan tidak mampu maju.

Dapat disimpulkan bahwa perempuan pada umumnya memahami tentang konsep gender dan kesetaraan gender dalam pembangunan. Perempuan mempunyai kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam pembangunan, tergantung pada masing-masing individu dalam mengambil keputusan tindakannya. Perempuan lebih banyak mempersepsikan tentang pencapaian persamaan derajat dengan laki-laki meskipun hal itu keliru karena perempuan dan laki-laki berbeda dalam hal-hal tertentu yang menyangkut realitas kodrati. Pada umumnya, perempuan menyadari tentang konsep dan kesetaraan gender tetapi persepsi mereka masih terpengaruh budaya dominasi laki-laki.

Al-Qur’an tidak mengajarkan diskriminasi antara lelaki dan perempuan sebagai manusia. Di hadapan Allah SWT, lelaki dan perempuan mempunyai derajat yang sama, namun masalahnya terletak pada implementasi atau operasionalisasi ajaran tersebut. Kemunculan agama pada dasarnya merupakan jeda yang secara periodik berusaha mencairkan kekentalan budaya patriarkhi. Oleh sebab itu, kemunculan setiap agama selalu mendapatkan perlawanan dari mereka yang diuntungkan oleh budaya patriarkhi. Sikap perlawanan tersebut mengalami pasang surut dalam perkembangan sejarah manusia.

Semua dimungkinkan terjadi karena pasca kerasulan Muhammad, umat sendiri tidak diwarisi aturan secara terperinci (tafshily) dalam memahami Al-Qur’an. Di satu sisi Al-Qur’an mengakui fungsi laki-laki dan perempuan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Namun tidak ada aturan rinci yang mengikat mengenai bagaimana keduanya berfungsi secara kultural. Berbeda pada masa kenabian superioritas dapat diredam. Keberadaan nabi secara fisik sangat berperan untuk menjaga progresivitas wahyu dalam proses emansipasi kemanusiaan. Persoalannya, problematika umat semakin kompleks dan tidak terbatas seiring perkembangan zaman, sementara Al-Qur’an sendiri terdapat aturan-aturan yang masih bersifat umum dan global (mujmal) adanya.

Secara umum banyak ayat di dalam al-quran telah membicarakan relasi gender, hubungan antara laki-laki dan perempuan, hak-hak mereka dalam konsepsi yang rapi, indah dan bersifat adil. Al-qur’an yang diturunkan sebagai petunjuk manusia, tentunya pembicaraannya tidaklah terlalu jauh dengan keadaan dan kondisi lingkungan dan masyrakat pada waktu itu. Seperti apa yang disebutkan di dalam QS. Al- Nisa, yang memandang perempuan sebagai makhluk yang  mulia dan harus di hormati, yang pada satu waktu masyarakat Arab sangat tidak menghiraukan nasib mereka.

Sebelum diturunkan surat Al-Nisa ini, telah turun dua surat yang sama-sama membicarakan wanita, yaitu surat Al-Mumtahanah dan surat Al-Ahzab. Namun pembahasannya belum final, hingga diturunkan surat al-Nisa’ ini. Oleh karenanya, surat ini disebut dengan surat Al-Nisa’ al-Kubro, sedang surat lain yang membicarakan perempuan juga , seperti surat al-Tholak, disebut surat al-Nisa’ al Sughro. Surat Al Nisa’ ini benar- benar memperhatikan kaum lemah, yang di wakili oleh anak- anak yatim, orang-orang yang lemah akalnya, dan kaum perempuan.

Ayat pertama surat al-Nisa’ kita dapatkan, bahwa Allah telah menyamakan kedudukan laki-laki dan perempuan sebagai hamba dan makhluk Allah, yang masing- masing jika beramal sholeh, pasti akan di beri pahala sesuai dengan amalnya. Kedua-duanya tercipta dari jiwa yang satu  (nafsun wahidah), yang mengisyaratkan bahwa tidak ada perbedaan antara keduanya. Semuanya di bawah pengawasan Allah serta mempunyai kewajiban untuk bertaqwa kepada-Nya (ittaqu robbakum).

Kesetaraan yang telah di akui oleh Al Qur’an tersebut, bukan berarti harus sama antara laki- laki dan perempuan dalam segala hal.Untuk menjaga kesimbangan alam (sunnatu tadafu’), harus ada sesuatu yang berbeda, yang masing-masing mempunyai fungsi dan tugas tersendiri. Tanpa itu, dunia, bahkan alam ini akan berhenti dan hancur.  Oleh karenanya, sebgai hikmah dari Allaah untuk menciptakan dua pasang manusia yang berbeda, bukan hanya pada bentuk dan postur tubuh serta jenis kelaminnya saja, akan tetapi juga pada emosional dan  komposisi kimia dalam tubuh.

Hal ini akibat membawa efek kepada perbedaan dalam tugas ,kewajiban dan hak. Dan hal ini sangatlah wajar dan sangat logis. Ini bukan sesuatu yang di dramatisir sehingga merendahkan wanita, sebagaimana anggapan kalangan feminis dan ilmuan Marxis. Tetapi merupakan bentuk sebuah keseimbangan hidup dan kehidupan, sebagiamana anggota tubuh manusia yang berbeda- beda tapi menuju kepada persatuan dan saling melengkapi. Oleh karenanya, suatu yang sangat kurang bijak, kalau ada beberapa kelompok yang ingin memperjuangkan kesetaraan antara dua jenis manusia ini dalam semua bidang.  Al Qur’an telah meletakkan batas yang jelas dan tegas di dalam masalah ini, salah satunya adalah ayat- ayat yang terdapatdi dalam surat al Nisa. Terutama yang menyinggung konsep pernikahan poligami, hak waris dan dalam menentukan tanggungjawab di dalam masyarakat dan keluarga.

Dalam al-qur’an juga telah membicarakan relasi gender, hubungan antara laki- laki dan perempuan, hak- hak mereka dalam konsepsi yang rapi, indah dan bersifat adil. Kesetaraan yang telah di akui oleh Al Qur’an itu, bukan berarti harus sama antara laki- laki dan perempuan dalam segala hal. Untuk menjaga kesimbangan alam (sunnatu tadafu’), harus ada sesuatu yang berbeda, yang masing-masing mempunyai fungsi dan tugas tersendiri.

Islam memandang perempuan memiliki kedudukan yang sama dibandingkan dengan laki-laki. Dari sudut penciptaan, kemuliaan, dan hak mendapatkan balasan atas amal usahanya perempuan memiliki kesetaraan dengan laki-laki. Sedangkan dalam hal peran perempuan memiliki perbedaan dengan laki-laki. Peran perempuan yang wajib adalah sebagai anggota keluarga yaitu sebagai istri dari suami dan ibu bagi anak-anaknya. Sedangkan peran perempuan sebagai anggota masyarakat dalam urusan muamalah mendapatkan profesi (pekerjaan) dihukumi dengan rukhshah darurat. Meskipun diperbolehkan namun harus selalu mementingkan segi kemaslahatan baik bagi rumah tangga maupun bagi masyarakat. Apabila lebih banyak kemudaratannya bagi keluarga maka profesi di luar rumah harus ditinggalkan mengingat sesuatu yang darurat tidak boleh meninggalkan hal yang wajib.

Menjadi wanita bukanlah sebuah  alasan bahwa kita lemah. Allaah menciptakan kita dengan segala kelebihannya.
Wanita ataupun laki2 sama2 Allaah ciptakan untuk saling melengkapi.

“Di balik laki-laki yang sukses ada perempuan yg hebat juga tangguh dibelakangnya.”

Seperti yang dicontohkan oleh istri-istri para Nabiyullaah yang menjadikan teladan bagi kehidupan. Lakukan apa yang kita mampu, selama hal tersebut masih dalam koridor Syari’at Islam.

Wishing you whole lot of happiness and joy today and everytime. A beautiful woman build strength from trubles, grows stronger with prayers and smiles during distress. You are one of the best woman.

Happy Woman’s Day.
Baarakaallahu fikum

Rista Alis Sinta
(Ketua Umum SEMMIWATI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *