Aktivis SEMMI Makassar, Angkat Bicara Soal Polemik SEMMI

MAKASSAR, semmi.or.id – Aktivis Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, Muhammad Imam Thalib ikut angkat bicara perihal polemik SEMMI beberapa waktu terakhir. 

Imam merasa perlu ikut bicara demi tegaknya marwah organisasi SEMMI sebagai anak ideologis Cokroaminoto, tokoh yang kemudian menjadi nama kampus di mana dia menuntut ilmu, Universitas Cokroaminoto Makassar. 

“Ini bermula dari tuduhan DPW SEMMI Sulsel versi Matraman kepada DPC SEMMI Sinjai sebagai organisasi ilegal. Padahal DPC SEMMI Sinjai adalah organisasi legal, mereka berafiliasi ke DPP SEMMI di Latumenten yang dipimpin Mochammad Azizi Rois. Dan tidak ada SEMMI lain selain itu.” terang Imam, Ahad (28/01/2018) pagi. 

Sebagai informasi, SEMMI merupakan organisasi kemahasiswasiswaan Islam yang merupakan organ sayap dari PSII (sekarang Syarikat Islam Indonesia), yang lahir pada 2 April 1956. Sejak organisasi yang melanjutkan ruh perjuangan Guru Bangsa HOS Tjokroaminoto ini didirikan, sebenarnya tidak pernah terbelah, hanya ada satu SEMMI. Tidak seperti organ induknya Sarekat Islam yang lahir dari SDI tahun 1905, saat ini ada dua. Yang sah adalah Syarikat Islam Indonesia di Latumenten, dan satu lagi Syarikat Islam.

Menurut Imam yang merupakan Ketua Mejelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa) Universitas Cokroaminoto Makassar, polemik ini terjadi karena ketidakpahaman DPW SEMMI Sulsel versi SI Matraman terhadap dinamika sejarah organisasi antara kubu Latumenten dengan kubu Matraman. 

“Jadi saya sarankan kepada yang mengatasnamakan DPW SEMMI Sulsel agar belajar sejarah dulu sebelum menyebut SEMMI Sinjai ilegal.” ujar Imam sambil tersenyum.

Lanjut Imam, semua ini bermula dari sekelompok orang yang kecewa dengan hasil Majlis Tahkim PSII ke XXXIII 23-29 Juli tahun 1972 di Pesantren Sukur Balekambang, Majalaya, Bandung, Jawa Barat. Mereka menyebut diri Team Penyelamat Kaum PSII. 

Kelompok ini kemudian melakukan makar pada kepengurusan DPP SII yang sah dengan cara menduduki paksa lalu mengusai kantor Lajnah Tanfidziyah (DPP PSII) di Jalan Matraman 2 Jakarta pada tanggal 22 Desember 1972, serta mendeklarasikan pengurus tandingan. 

Karena situasi inilah, pimpinan PSII yang sah hasil Majlis Tahkim PSII ke XXXIII di bawah kepemimpinan H.M. Ch. Ibrahim sebagai Presiden Lajnah Tanfidziyah PSII terpilih pada majelis tertinggi organisasi, memindahkan sekretariat organisasi ke Latumenten, Jakarta Barat. 

“Nah, penerus Team Penyelamat Kaum PSII inilah yang kemudian membentuk ormas Syarikat Islam (SI) dan berkantor di Matraman di bawah kepemimpinan Hamdan Zoelva. Sementara PSII yang sah mengubah format organisasi menjadi ormas bernama Syarikat Islam Indonesia (SII) dan berkantor di Latumenten di bawah kepemimpinan Muflich Chalif Ibrahim.” 

“Jadi bila melihat pada sejarah, maka jangan heran bila kubu Matraman suka mengklaim-klaim begitu, memang dari sononya. Makanya saya aktif di SEMMI Latumenten. hehehe…” Pungkas Imam sambil terkekeh. 

Di akhir, Imam menyarankan agar pihak yang menamakan dirinya sebagai DPW SEMMI Sulsel untuk membaca buku “Partai Syarikat Islam Indonesia: Konstestasi Politik hingga Konflik Kekuasaan Elite” yang ditulis oleh Valina Singka Subekti dan diterbitkan Yayasan Obor Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *